Esposin, JAKARTA—Belakangan ini sebuah pesan beredar melalui aplikasi Whatsapp. Pesan itu menyebutkan sebuah resep obat bagi pasien Covid-19. Ada anjuran obat ini dikonsumsi mereka yang sakit tidak terlalu parah sehingga hanya memerlukan perawatan di rumah.
Obat-obatan dalam pesan tersebut terbagi dalam beberapa kelompok, seperti antibiotik, antivirus, antibatuk dan keluarkan dahak, antiradang, hingga tips menjaga imun bagi kelompok usia di atas 55 tahun. Dalam kelompok antibiotik, obatnya adalah azitromycin atau zitrothromax 500 miligram (mg). Orang bisa minum obat tersebut selama 10 hari. Berikutnya antivirus fluvir 75 dan antibatuk fluimucil 200 mg tanpa dosis serta aturan pakai.
Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh
Selanjutnya ada pula dexamethasone 0,5 untuk antiradang. Untuk menurunkan panas, obatnya adalah paracetamol dan sanmol. “Untuk menjaga imun di atas 55 tahun tetap harus minum multivitamin C 1000 mg, D 5000 lu, E 400 lu. Zinc zat besi, dan usahakan berjemur matahari pagi setidaknya 15 menit,” bunyi pesan tersebut.
Pesan itu juga merekomendasikan penggunaan Lianghua untuk membantu meredakan gejala, seperti batuk dan sesak napas. Sarannya mengonsumsi obat ini 3-4 kapsul sehari.
Hoaks Lama
Penelusuran Espos menemukan resep ini merupakan hoaks yang pernah beredar tahun lalu dengan sejumlah modifikasi. Kali ini resep lebih sederhana, tidak banyak menggunakan antivirus. Ada juga penghilangan dosis dan takaran minum pada beberapa jenis obat.Dari obat-obat itu ada beberapa yang butuh penanganan khusus. Penggunaan antibiotik, misalnya, harus dengan pengawasan dokter. Penggunaan antibiotik di luar pengawasan dokter memicu terjadi resistensi antimikroba. Hal ini memunculkan penurunan kemampuan antibiotik dalam mengobati infeksi dan penyakit pada manusia, hewan, serta tumbuhan.
“Kondisi ini menyebabkan terjadinya masalah, seperti meningkatnya angka kesakitan dan menyebabkan kematian. Meningkatnya biaya dan lama perawatan, serta meningkatnya efek samping dari penggunaan obat ganda dengan dosis tinggi,” kata Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA), Hari Paraton, dalam laman farmalkes.kemkes.go.id, 6 Agustus 2015.
Kemudian, penggunaan azithromycin menunjukkan tidak adanya peningkatan kesehatan signifikan pada pasien Covid-19. Sejauh ini, azithromycin paling sering ada dalam resep sebagai pengobatan rawat jalan.
“Jika memang azithromycin tidak berperan dalam pengobatan Covid-19, ada baiknya hindari untuk mengurangi konsumsi antibiotik yang tidak perlu,” tulis redaksi Halodoc mengutip jurnal The Lancet, 24 September 2020.
Efek Samping
Sedangkan, penggunaan dexamethasone harus dengan pengawasan dokter. Anggota Tim Komunikasi Satgas Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro, menjelaskan dexamethasone bekerja dengan cara mengurangi dan menurunkan sistem kekebalan tubuh, sama seperti steroid yang tubuh hasilkan secara alami.Masyarakat perlu berhati-hati menggunakannya sebab dosis dan lama penggunaan mengacu usia, kondisi, dan reaksi pasien. “Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat ini agar tidak terjadi efek samping, terutama jika memiliki alergi pada makanan, obat, atau bahan lain,” ujar Reisa dalam Detik.com, 19 Juni 2020.
Dokter sekaligus kandidat PhD dari Medical Science di Universitas Kobe, Adam Prabata, menyampaikan hal senada. Adam kepada Kompas.com, 30 Desember 2020, menyebutkan penggunaan obat-obatan memiliki efek samping pada manusia apabila penggunaannya tanpa konsultasi dengan dokter. Efek samping ini bisa berupa gangguan ginjal, liver, dan lainnya.
Ditarik dari Peredaran
Berikutnya adalah penggunaan Lianhua sebagai obat pereda gejala batuk dan sesak napas. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sempat menarik peredaran obat asal Tiongkok Lianhua Qingwen Capsule (LQC) Donasi. Sebab, risiko atas konsumsi obat ini lebih tinggi dibandingkan manfaatnya bagi pasien Covid-19.Dari hasil kajian BPOM, LQC Donasi diketahui mengandung bahan ephedra yang bisa memicu masalah kardiovaskular dan sistem saraf pusat. “Berdasarkan hasil studi, LQC Donasi tidak menahan laju keparahan, tidak menurunkan angka kematian, serta tidak mempercepat konversi swab test menjadi negatif,” terang BPOM dalam Detik.com, 26 Mei 2021.
Berdasarkan uraian tersebut, klaim mengenai resep obat yang bisa menyembuhkan Covid-19 bagi pasien yang hanya menjalani perawatan di rumah adalah keliru. Hal ini ini termasuk hoaks dengan kategori konten salah.